UR Peternakan ayam

Ayam adalah sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi masyarakat indonesia. Hampir diseluruh pelosok negeri tiap keluarga memeliharanya sebagai binatang peliharaan yang dimanfaatkan daging, telur & sebagai binatang kesayangan.

Senin, 21 Januari 2013

Ayam Bronik (Broiler Organik)


Ayam bronik adalah ayam yang sedang dikembangkan untuk konsumsi alternatif daging sehat bagi masyarakat karena pemeliharaannya tanpa menggunakan bahan - bahan kimia seperti ayam broiler pada umumnya, dengan referensi dari teman - teman facebook serba - serbi organik saya akan memaparkan beberapa teori yang telah dipraktekkan dalam pemeliharaan ayam Bronik tersebut :
1. pemeliharaan ayam ini hampir semuanya menggunakan pakan organik yaitu dengan cara fermentasi pakan.
2. pemeliharaan ayam ini tanpa menggunakan vaksin karena kekebalan ayam Bronik lebih sehat daripada ayam broiler pada umumnya.
3. penggunaan bahan kimia untuk menghilangkan baupun dikurangi karena 100 % kotoran ayam Bronik tidak bau karena menggunakan pakan fermentasi.
4. biaya pakan jelas lebih irit dari pada ayam broiler yang sepenuhnya mengandalkan pakan pabrik (kita dapat membuat ransum dengan pakan lokal).
5. masa panen ayam Bronik sama dengan ayam broiler (dan itu adalah keuntungan yang berlipat ganda bagi peternak yang menerapkan pola organik dalam pemeliharaan ayam broiler)
6. tidak ada kasus tetangga yang terganggu dengan pemeliharaan ayam tersebut karena kotorannya tidak bau.
7. ayam Bronik mempunyai tekstur daging seperti ayam kampung (wuiihhh mantep dah)
:D



Untuk pembuatan pakan ayam Bronik saya mengambil referensi dari bapak Bsj Embasjori (admin serba serbi organik).yaitu :

Bahan-bahan Pakan Ayam Bronik untuk difermentasi :
1. Jagung Giling 25%
2. Katul halus 25%
3. Karak (Nasi Aking Kering) 10%
4. Sayuran, bisa (Kangkung, Sawi, Sedaer, Bayam, Krokot, Gedebog) 15%
5. Konsentrat (511 bravo) 15%
6. Tempe Menjes/ampas tahu 5 %
7. Tepung Ikan 5%
8. 10 cc Bio Organik (untuk bahan 10 Kg)
9. Air 10 liter

Nb : seandainya ada bahan yang tidak tersedia ditempat anda maka bisa diganti dengan bahan yang tersedia.

yang perlu ditegaskan adalah ayam Bronik adalah sama dengan ayam broiler pada umumnya tapi dengan formulasi pakan,dan cara pemeliharaan yang lebih baik karena banyak kelebihan yang bisa anda dapatkan klo menggunakan sistem pemeliharaan organik apalagi klo peternakan tersebut berada ditengah pemukiman,lebih arifnya pemeliharaan tersebut tidak mengganggu masyarakat sekitar.
Dilihat dari segi apapun ayam Bronik mempunyai banyak kelebihan karena tingkat mortalitas ayam jauh lebih kecil,semoga artikel ini bermanfaat bagi anda sekalian.

Untuk daerah pekalongan klo mau beternak ayam Bronik bisa share ke peternakan saya.

Senin, 03 September 2012

Sekilas cerita

Perbincangan Para Ayam


Ini Kisah yang dishare temennya Irhas Malin Sinaro… menarik untuk disimak dan direnungkan….
 
Ada dua kelompok ayam. Yang pertama ayam kampung yang dipelihara begitu saja. Pagi dia dilepas oleh tuannya. Sore sebelum magrib dia sudah pulang ke kandang. Dari pagi sampai sore itulah waktu bagi ayam ini untuk mencari makan. Dalam bahasa dan petuah tukang dendang disebutkan “indah mangakeh indak makan” . begitulah kira-kira gambaran ayam ini.
Kelompok kedua adalah ayam pedaging (ayam potong) yang tinggal di kandang dari pagi sampai paginya lagi. Dia tidak pernah keluar kandangnya. Makan dan minumnya diberikan oleh tuannya. Dia hanya tinggal makan dan minum.
Pada suatu kesempatan ayam kampung singgah main dekat kandang ayam potong. Lalu terjadilah dialog singkat penuh makna. Ayam kampung bercerita tentang keluhan dan kesulitan hidupnya. “Alangkah senangnya hidup kalian. Jika ingin makan, tinggal makan. Jika ingin minum, sudah tersedia. Jika malam, tetap terang-benderang. Sewaktu kecil kalian diberi imunisasi. Jika sakit sedikit saja, langsung diberi obat oleh tuan kalian. Ini sangat bertolak belakang dengan perlakuan yang kami terima dari tuan kami. Apakah takdir yang kami terima begitu kejam dan tidak bersahabat dengan kami? Ataukah kami memang terlahir sebagai ayam yang sial dan tidak berguna? Atau mungkin karena warna bulu kita berbeda?”
Mendengar cerita itu, ayam potong menjawab. “Memang betul apa yang kamu sebutkan. Benar¸kami tinggal makan dan minum seenak dan sepuas kami. Betul, kami diberi vaksinasi sewaktu kecil dan jika sakit kami langsung diberi obat. Kami memang tidak kenal kegelapan karena kandang kami diberi penerangan lampu. Tapi tahukah engkau sisi lain dari kehidupan kami? Tahukah engkau betapa rentannya kami terhadap kemungkinan terserang berbagai penyakit? Sadarkah engkau bahwa kamu bisa menikmati alam bebas yang kami tidak pernah alami muali dari kami ditetaskan sampai kami dipotong? Pernahkah engkau merasakan betapa panasnya di dalam kandang ini di siang hari? Pernahkah terpikir olehmu baru berusia dua puluh hari sudah dipotong?”

 
Mendengar komentar dan pertanyaan yang disampaikan oleh ayam potong itu, ayam kampung langsung tersentak dan tidak bias berbicara apa-apa. Dia hanya diam seraya pulang ke komunitasnya dengan penuh empati berbalut kesedihan jika mengingat nasib yang ditimpa oleh ayam potong. Dalam hal itu ayam kampong tidak lupa bersyukur dengan nasib dan “takdir” yang ditimpakan kepadanya.
Cerita ini disampaikan oleh seorang nelayan tua di Korong Ujung Labung Kecamatan Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman. Cerita ini bukan hanya sekedar cerita biasa atau sekedar dongeng sebelum tidur. Cerita ini penuh makna. Bapak nelayan ini menyampaikan ceritanya ketika saya tanya tentang profesinya yang melaut dari kecil sampai sekarang dia tua. Mengapa betah dengan profesi melaut? Bukankah ada juga pekerjaan lain yang lebih banyak mendatangkan uang ataupun setidaknya lebih sedikit resikonya. Sang bapak menjawab hanya dengan cerita ini.
Kira-kira cerita ini sudah menjawab pertanyaan saya, anda dan kita semua tentang sesuatu yang kita pandang buruk pada diri kita dan mungkin baik pada orang lain. Ternyata sisi pandang kita itu tidak selamanya betul jika kita perbandingakan dengan sisi pandang orang lain. Terkadang kita hanya bisa melihat sisi baik ataupun “sesuatu yang enak, enteng dan mudah” yang ada pada orang lain bersamaan dengan melihat sisi buruk atau “sesuatu yang dianggap “tidak enak, berat, susah” dan sebagainya. Kita kadang lupa dengan sisi positif dan kelebihan yang ada pada diri kita bersamaan dengan tidak memandang resiko dan tantangan yang harus dihadapi oleh orang lain.